Laporan Keuangan

Siklus Konversi Kas

  • Oleh: Admin Tes
  • Diunggah 18 September 2020

Siklus konversi kas atau Cash Conversion Cycle (CCC) adalah metrik yang menunjukkan waktu (diukur dalam hari) yang diperlukan bagi perusahaan untuk mengkonversikan investasinya di inventaris dan sumber lainnya menjadi arus kas dari penjualan. CCC yang juga disebut Net Operating Cycle atau siklus kas, mencoba mengukur berapa lama setiap rupiah yang telah diinput terikat dengan proses produksi dan penjualan sebelum dikonversi menjadi kasi yang diterima.

Metrik ini memperhitungkan berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menjualn invetarisnya, berapa lama waktu yang diperlukan untuk menagih piutang, dan berapa lama waktu untuk membayar tagihan tanpa dikenakan denda.

CCC adalah satu dari penghitungan kuantitatif yang membantu untuk mengevaluasi efisiensi operasional dan manajemen perusahaan. Tren nilai CCC yang menurun atau stabil selama beberapa periode sebagai pertanda bagus sementara kenaikannya harus mengarah ke investigasi dan analisi yang lebih dalam berdasarkan faktor lain. Satu hal yang harus diingat bahwa CCC hanya berlaku pada sektor-sektor tertentu yang tergantung pada manajemen inventaris dan operasional yang terkait.

Rumus CCC

Karena CCC juga menghitung waktu agregat bersih yang melibatkan 3 tahapan siklus konversi kas yang disebutkan diatas, maka rumus matemaika untuk CCC adalah sebagai berikut:

CCC = DIO + DSO - DPO

Keterangan:

  • Days of Inventory Outstanding atau DIO adalah jumlah hari dan rata-rata yang dibutuhkan perusahaan dalam mengubah inventarisnya menjadi penjualan.
  • Days sales outstanding atau DSO adalah jumlah hari dan rata-rata yang diperlukan perusahaan untuk menagih piutang.
  • Days payables outstanding atau DPO adalah jumlah hari dan rata-rata perusahaan untuk membayar faktur dari kreditor perdagangan.

DIO dan DSO diasosiasikan dengan kas masuk perusahaan, sedangkan DPO berhubungan dengan kas keluar. Oleh karena itu, DPO adalah satu-satunya angka negatif dalam penghitungan. Cara lain untuk melihat konstruksi rumus yaitu DIO dan DSO dihubungkan dengan inventaris dan piutang usaha, yang dianggap sebagai sebagai aset jangka pendek dan dianggap positif. DPO terkait dengan hutang lancar yang mana merupakan kewajiban dan dianggap positif.

Mehitung CCC

Siklus konversi kas perusahaan secara luas bergerak melalui 3 tahapan berbeda. Dibutuhkan beberapa hal dari laporan keuangan untuk menghitung CCC.

Pendapatan dan harga pokok penjualan/cost of good sold (COGS) dari laporan laba rugi:

  • Inventaris pada awal dan akhir waktu periode;
  • Piutang usaha pada awal dan akhir waktu periode;
  • Hutang lancar pada awal dan akhir waktu periode; dan
  • Jumlah hari dalam periode contohnya 1 tahun = 365 hari, kuartal = 90 hari.

Tahap pertama fokus pada tingkat inventaris yang ada dan menunjukkan berapa lama yang dibutuhkan bagi perusahaan untuk menjual inventarisnya. Angka ini dihitung dengan menggunakan DIO. Nilai DIO yang lebih rendah lebih diutamakan, sebagai indikasi bahwa perusahaan menghasilkan penjualan dengan cepat, dan menunjukkan perputaran bisnis yang lebih baik.

DIO yang juga disebut Days of sales inventory (DSI) dihitung berdasakan biaya harga pokok penjualan (COGS) yang mana menunjukkan biaya perolehan atau pembuatan produk yang dijual perusahaan pada periode tertentu. Secara matematis sebagai berikut:

                   Average Inventory

DSI = ------------------------------------------ x 365 hari

              Harga Pokok Penjualan

Keterangan

  • Averge Inventory atau Inventaris Rata-Rata = 1/2 x (BI + EI)
  • BI = Beginning Inventory atau Inventaris Awal
  • EI = Ending Inventory

Tahap kedua fokus pada penjualan saat ini dan menunjukkan berapa lama untuk mengumpulkan kas yang dihasilkan dari penjualan. Angka ini dihitung menggunakan jumlah hari dan rata-rata yang diperlukan perusahaan untuk menagih piutang atau DSO yang mana membagi rata-rata piutang usaha atau average accounts receivable dengan pendapatan per hari. Nilai yang lebih rendah diutamakan untuk DSO, yang mana mengindikasi perusahaan mampu untuk mengumpulkan modal dalam waktu singkat, tanpa mengubah posisi kasnya.

            Rata-Rata Piutang Usaha

DSO = -----------------------------------

               Pendapatan Per Hari

Keterangan

  • Rata-rata piutang usaha = 1/2 x (BAR + EAR)
  • BAR = Awal piutang usaha
  • EAR = Akhir piutang usaha

Tahap ketiga fokus pada hutang bisnis yang beredar saat ini. Tahap ini memperhitungkan jumlah hutang perusahaan kepada pemasok atau suplier saat ini untuk barang invetaris dan barang yang telah dibeli, dan menunjukkan rentang waktu dimana perusahaan harus melunai kewajiban tersebut. Angka ini dihitung menggunakan jumlah hari dan rata-rata perusahaan untuk membayar faktur dari kreditor perdagangan atau DPO yang mempertimbangkan hutang usaha. Semaking tinggi nilai DPO lebih diutamakan. Dengan memaksimlakan angka ini, perusahaan memegang kas tunai lebih lama, maka meningkatkan potensial investasinya.

              Rata-Rata Hutang Usaha

DPO = ------------------------------------

                    HPP per Hari

Keterangan

  • Rata-rata hutang usaha = 1/2 x (BAP + EAP)
  • BAR = Awal hutang usaha
  • EAR = Akhir hutang usaha
  • COGS = Cost of Good Sold atau Harga Pokok Penjualan

Penghitungan yang terlah disebutkan diatas adalah standar dalam laporan keuangan yang diajukan oleh perusahaan publi sebagai bagian dari laporan tahunan dan kuartal. Jumlah hari dalam periode yang sesuai diambil yaitu 365 hari untuk laporan tahunan, dan 90 hari untuk laporan kuartal.

Poin Penting Dari Siklus Konversi Kas atau CCC

Meningkatkan penjualan adalah cara utama perusahaan untuk menghasilkan lebih banyak laba. Namun, bagaimana caranya untuk menjual lebih banyak barang? Jika kas lebih mudah tersedia secara berkala, perusahaan bisa lebih banyak penjualan untuk menghasilkan laba, ketersediaan modal maka lebih banyak produkt untuk dijual. Perusahaan bisa mendapatkan inventaris secara kredit, yang mengakibatkan piutang usaha. Oleh karena itu, kas tunai bukan menjadi faktor hingga perusahaan bisa membayar hutang usahanya dan menagih piutang usahanya. Dengan demikian waktu adalah aspek penting dalam manajemen keuangan.

CCC melacak siklus uang yang digunakan untuk kegiatan bisnis. Mulai dari pertama kalinya kas tunai dikonversi menjadi inventory dan hutang usaha, kemudian menjadi biaya untuk pengembangan produk dan layanan, melalui penjualan dan piutang usaha, dan kembali lagi menjadi kas tunai. Pada dasarnya, CCC menunjukkan seberapa cepat perusahaan dapat mengkonversi investasinya dari awal yaitu investasi hingga akhir yaitu pendapatan. Semakin rendah CC, semakin baik.

Tiga unsur utama bisnis adalah Manajemen persediaan (inventory management), realisasi penjualan, dan hutang. Jika salah satu dari ketiga tersebut salah urus manajemen, penjualan terhambat, atau hutang yang meningkat baik itu angka, nilai, maupun frekuensinya, maka bisnis perusahaan akan menderita. Diluar nilai moneter yang terlibat, CCC memberikan waktu yang terlibat dalam proses ini yang memberikan pandangan lain mengenai efisiensi operasional perusahaan. Nilai CCC menunjukkan seberapa efisien manajemen perusahaan menggunakan aset jangka pendek dan kewajibannya dalam menghasilkan dan memindahkan kas dan memberikan sedikit gambaran kondisi keuangan perusahaan sehubungan dengan manajemen keuangan. Angka ini juga membantu menilai resiko likuidittas yang terakit dengan operasional perusahaan.

Jika bisnis telah mencapai kesemua unsur itu dan juga telah melayani kebutuhan pasar dan pelanggannya secara efisien, maka bisnisnya akan memiliki nilai CCC yang lebih rendah.

CCC mungkin tidak memberikan kesiimpulan nilai yang tersendiri pada periode tertentu. Analis menggunakannya untuk melacak bisnis selama beberapa periode waktu dan membandingkan dengan perusahaan kompetitor. Melacak CCC perusahaan selama beberapa periode kuartal akan menunjukkan apakah efisiensi bisnis operasional itu meningkat, stabil, atau memburuk. Sementara membandingkan perusahaan kompetitor, investor akan melihat faktor kombinasi yang cocok. Jika dua perusahaan memiliki nilai pengembalian ekuitas atau return on equity (ROE) dan pengembalian aset atau return on assets (ROA) yang mirip, maka lebih baik menginvestasikan pada perusahaan yang memiliki nilai CCC yang lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat menghasilkan pengembalian pendapatan yang mirip yang lebih cepat.

CCC juga digunakan secara internal oleh manajemen perusahaan untuk mengatur metode pembayaran pembelian kredit atau penagihan kas dari debitur.

Contoh Penggunaan CCC

CCC memiliki penerapan yang selektif untuk sektor industri yang berbeda berdasarkan sifat operasional bisnisnya. Ukuran ini memiliki arti penting bagi retailer seperti Walmat Inc. (WMT), Target Corp. (TGT), dan Costco Wholesale Corp. (COST), yang terlibat dalam pembelian dan pengelolaan invetaris dan menjualnya ke pelanggan. Semua bisnis yang seperti itu mungkin memiliki nilai CCC positif yang tinggi.

Namun, CCC tidak berlaku pada perusahaan yang tidak membutuhkan manajem inventaris. Misalnya, Perusahaan perangkat lunak (software) yang menjual program komputer melalui lisensi dapat merelalisasikan penjualan dan keuntungannya tanpa perlu mengelola persediaan barang. Demikian juga dengan perusahaan asuransi atau pialang yang tidak membeli barang grosir untuk eceran, jadi CCC tidak berlaku ke jenis perusahaan tersebut.

Binisi dapat memiliki CCC negatif, seperti retailer online eBay Inc. (EBAY) dan Amazon.com Inc. (AMZN). Perusahaan online retailer tersebut sering menerima dana pada akun penjualan barang yang sebenarnya dimiliki dan dilayani oleh penjual pihak ketiga yang menggunakan platform online. Namun, perusahaan tersebut tidak membayar penjual segera setelah penjualan tapi dapat mengikuti sikluar pembayara bulanan atau berdasarkan ambat batas. Mekanisme ini memungkinan perusahaan tersebut untuk menahan kas tunai untuk periode waktu yang lebih lama, jadi perusahaan tersebut berakhir dengan nilai CCC yang negatif. Selain itu, jika barang dipasok secara langsung oleh penjual pihak ketiga ke pelanggan, online retailer tidak menyimpan inventari apa pun di gudang.

Havard Business mengaitkan nilai CCC negatif sebagai faktor kunci dari keberlangsungan Amazon pada era gelembung dot-com tahun 2000. Mengoperasikan perusahaan dengan nilai CCC negatif menjadi sumber kas bagi perusahaan, dibandingkan menjadi biaya.

Artikel Terkait

Artikel Terbaru